Bismillahirrahmanirrahim..
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh..
Syukur alhamdulillah,
paper pertama iaitu Pensterilan dan Teknik Aseptik final exam telah selamat saya duduki semalam.. Ada lagi 6 paper menantiku minggu hadapan.. Selama 2 jam berada di dewan peperiksaan saya bagaikan kehilangan idea dan konsentrasi saya terganggu dek panas yang dirasakan.. Hati saya berkata, alat penghawa dingin bukan main kuat lagi bunyinya tapi kenapa tidak kurasa dinginnya?? Haihh.. Tapi saya sabarkan juga diri yang kepanasan.. Selesai sahaja menjawab kertas tersebut, saya terus bersolat asar dan bersama 3 lagi sahabat, saya ke pesta buku di PWTC..
Sebelum saya menulis entri ini, saya telah berjalan-jalan ke blog sahabat saya, kotakhati. Tiba-tiba saya teringin posting entri berkenaan dengan rasa syukur dengan nikmat yang telah Allah kurniakan kepada saya.. Kepada kotakhati, al-Fatihah buat arwah dan tabahkan hatimu dengan pemergiaan arwah atokmu.
Seperti yang kita ketahui, bersyukur atas nikmat yang diberikan Allah merupakan salah satu kewajiban seorang muslim. Seorang hamba yang tidak pernah bersyukur kepada Allah, atau kufur nikmat, sejatinya adalah orang-orang sombong yang akan dimasukkan ke neraka Allah SWT. Allah SWT telah memerintahkan hamba-hambaNya untuk mengingat dan bersyukur atas nikmat-nikmatNya.
Allah SWT berfirman:
“Kerana itu, ingatlah kamu kepadaKu niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu.” (Qs. al-Baqarah [2]: 152).
Imam ‘Ali Ash-Shabuni dalam Shafwat al-Tafasir menyatakan, “Ingatlah kalian kepadaKu dengan ibadah dan taat, nescaya Aku akan mengingat kalian dengan cara memberi pahala dan ampunan. Sedangkan firman Allah SWT, ‘Bersyukurlah kepadaKu dan janganlah kamu mengingkari nikmatKu’, bermakna: “Bersyukurlah kalian atas nikmat-nikmat yang telah Aku berikan kepadamu dan jangan mengingkarinya dengan melakukan dosa dan maksiat. Telah diriwayatkan bahawa Nabi Musa as pernah bertanya kepada Tuhannya: ‘Ya Rabb, bagaimana saya bersyukur kepada Engkau?’ Rabbnya menjawab: ‘Ingatlah Aku dan janganlah kamu lupakan Aku. Jika kamu mengingat Aku sungguh kamu telah bersyukur kepadaKu. Namun, jika kamu melupakan Aku, kamu telah mengingkari nikmatKu’.” (Mukhtashar Tafsir Ibnu Katsir, I/142).
Dalam ayat yang lain Allah SWT berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepadaNya kamu menyembah.” (Qs. al-Baqarah [2]: 172).
Ulama-ulama tafsir menafsirkan ayat ini sebagai berikut: “Jika kalian benar-benar menyembah kepadaNya, bersyukurlah kalian atas nikmat-nikmatNya yang tidak boleh dihitung itu dengan ibadah dan janganlah menyembah selain diriNya.”
Atas dasar itu, bersyukur atas nikmat Allah merupakan kewajiban seorang muslim. Namun, seorang muslim harus memahami bagaimana cara menunjukkan rasa syukur secara benar. Betapa banyak orang menunjukkan rasa syukurnya dengan cara-cara yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syukur itu sendiri. Contohnya, ada orang yang mewujudkan rasa syukurnya dengan cara mabuk-mabukkan, berpesta, pergi ke tempat-tempat maksiat, bernyanyi-nyanyi hingga melupakan kewajibannya, dan seterusnya. Ada juga yang menunjukkan rasa syukurnya dengan cara menyediakan persembahan kepada pohon dan tempat-tempat keramat. Penunjukkan syukur seperti ini jelas-jelas bertentangan dengan prinsip Islam.
Untuk itu, para ulama telah menggariskan tata cara bersyukur yang benar. Imam Ibnu Katsir menyatakan bahawa syukur harus ditunjukkan dengan cara beribadah dan memupuk ketaatan kepada Allah SWT dan meninggalkan maksiat. Pendapat yang sama juga dikemukakan oleh Imam ‘Ali Al-Shabuni.
Ibadah dan taat kepada Allah SWT serta meninggalkan larangan-larangan Allah merupakan penunjukkan rasa syukur yang sebenarnya. Seorang yang selalu taat kepada Allah SWT, menjalankan seluruh aturanNya dan sunnah Nabinya pada hakikatnya adalah orang-orang yang sentiasa bersyukur kepada Allah SWT. Sebaliknya, setiap orang yang menolak dengan keras syari’at Islam, tunduk dan patuh kepada aturan-aturan kufur, termasuk orang-orang yang ingkar terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada mereka.
Allah SWT telah menyatakan dengan sangat jelas bahawa, orang-orang yang mahu bersyukur atas nikmat yang diberikanNya sangatlah sedikit. Kebanyakan manusia ingkar terhadap nikmat yang diberikan Allah kepada mereka. Allah SWT berfirman:
“Sesungguhnya Allah benar-benar mempunyai kurnia yang dilimpahkan atas umat manusia, akan tetapi kebanyakan mereka tidak mensyukurinya.” (Qs. Yunus [10]: 60).
“Apakah kamu tidak memperhatikan orang-orang yang keluar dari kampung halaman mereka sedangkan mereka beribu jumlahnya kerana takut mati; maka Allah berfirman kepada mereka, ‘Matilah kamu’, kemudian Allah menghidupkan mereka. Sesungguhnya Allah mempunyai kurnia terhadap manusia, tetapi kebanyakan manusia tidak bersyukur.” (Qs. al-Baqarah [2]: 243).
Ayat-ayat di atas jelas menunjukkan dengan bahawa, kebanyakan manusia tidak mahu bersyukur atas nikmat yang telah diberikan kepada mereka. Tatkala mendapatkan kenikmatan mereka sering melupakan Allah SWT. Akan tetapi, tatkala mendapatkan kesusahan mereka akan segera mengingati dan bersyukur kepada Allah. Namun, setelah terlepas dari penderitaan mereka kembali ingkar kepada Allah SWT. Allah telah menyatakan dengan sangat jelas:
“Katakanlah: ‘Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut yang kamu berdo’a kepadaNya dengan berendah diri dengan suara yang lembut (dengan mengetakan): ‘Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari bencana ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur’.” Katakanlah: ‘Allah menyelamatkan kamu daripada bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukanNya.” (Qs. al-An’âm [6]: 63-64).
Ketika manusia ditimpa dengan berbagai kesusahan mereka segara berdoa dan berjanji untuk bersyukur kepada Allah jika bencana itu dihilangkan daripada mereka. Akan tetapi, ketika Allah menghindarkan mereka dari bencana mereka lupa bersyukur bahkan kembali mempersekutukan Allah SWT. Berapa ramai orang menangis, meratap dan merayu-rayu meminta kepada Allah SWT agar dihindarkan dari kesusahan hidup; mulai dari kelaparan, kemarau, bencana alam dan lain-lain. Mereka rela bersusah-payah memohon kepada Allah dengan penuh keikhlasan dan kerendahan hati. Akan tetapi, ketika Allah menghindarkan mereka dari kesusahan mereka kembali menerapkan dan mengamalkan aturan-aturan kufur, bahkan menandingi aturan-aturan Allah SWT. Bukankah hal ini termasuk telah menyekutukan Allah SWT? Bukankah penunjukkan syukur sebenarnya perlu diwujudkan dalam bentuk menerapkan syari’at Islam dan selalu berzikir kepada Allah SWT?
Tepuk dada tanyalah imanmu..
Wallahu'alam
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Dari Kotakhati kepada WM :-
ReplyDeletePertama-tamanya kotakhati ingin mengucapkan berbanyak-banyak terima kasih buat WM.
Banyak membantu Kotakhati dalam apa juz bidang,berkenaan pemergiannya,ya..Kotakhati menerimanya dengan perasaan yang tenang, WM jangan risau ya, mungkin sebab ini Kotakhati kembali ke kolej sebentar, mungkin suasana dirumah orang kadang-kadang tidak sesuai untuk tenangkan diri.
WM..
Maafkan ana jika ada silap dan salah ya, berkenaan dengan panas lantaran penghawa dingin yang kurang memuaskan di PWTC itu, masih ana teringat dengan kata-kata WM, Lebih baik berpanas di sini, jangan berpanas di sana. Sampai sekarang masih ana ingat peringatan tersebut.
WM..
akhir kata ;
Ukhwah Fillah Abadan Abada
Syukran ya Wanita Mustanir.
Wassalam & Illaliqa'
afwan''~
ReplyDeletetyping error..
Bukan di PWTC, tetapi di T.I.B.E
(=
Dari WM kepada Kotakhati,
ReplyDeleteKedua-duanya ana menerima ucapan kasihmu ukhti dgn sama-sama kasih yang tak terucap..
Sudi menerima bantuan ana, sudah cukup bermakna untuk ukhwah yang kita bina..
Kotakhati,
segala keresahan, kegembiraan dan apa sahaja yang Kotakhati ingin kongsikan, WM di sini sedia mendengar,
bukan sahaja WM merelakan kedua telinganya dipinjam malah WM rela mendengar dengan hati kerana kasih WM kpd Kotakhati.. (^_^)
KH..
akhir kata ;
Ukhwah Fillah,
Afwan ya ukhti kotakhati.
Hari ini kaum Muslimin berada dalam situasi di mana aturan-aturan kafir sedang diterapkan. Maka realitas tanah-tanah Muslim saat ini adalah sebagaimana Rasulullah Saw. di Makkah sebelum Negara Islam didirikan di Madinah. Oleh karena itu, dalam rangka bekerja untuk pendirian Negara Islam, kelompok ini perlu mengikuti contoh yang terbangun di dalam Sirah. Dalam memeriksa periode Mekkah, hingga pendirian Negara Islam di Madinah, kita melihat bahwa RasulAllah Saw. melalui beberapa tahap spesifik dan jelas dan mengerjakan beberapa aksi spesifik dalam tahap-tahap itu
ReplyDelete