Mari Bersyukur Setiap Waktu

Pernahkah anda berpikir berapa kekayaan setiap orang jika dihargai dengan wang ringgit? Berapakah harga tubuh manusia jika dinilaikan? Berapa harga mata, hidung, telinga, mulut, otak, kepala, lidah, tangan kaki dan apa saja yang menjadi bahagian dari tubuh manusia jika diringgitkan?

Ketika mata kita sihat, kita tak pernah berfikir betapa berharganya mata kita. Cuba saja jika suatu ketika mata anda, kerana satu sebab kecelakaan tertentu, menjadi buta. Kebetulan anda memiliki tabungan jutaan inggit. Apa yang Anda lakukan? Anda pasti akan membayar berapa juta pun untuk mengembalikan penglihatan Anda. Tak peduli jika untuk itu tabungan Anda terluak hampir habis. Ketika tangan atau kaki kita sihat dan normal, kita pun mungkin jarang berfikir betapa bernilainya kedua anggota tubuh kita itu. Namun, pernahkah Anda membayangkan andai suatu saat, kereaa satu sebab musibah tertentu, tangan atau kaki Anda itu harus dipotong? Pasti, jika kebetulan Anda orang kaya, Anda akan sanggup mengeluarkan ratusan ribu atau bahkan jutaan ringgit asal tangan atau kaki Anda tidak dipotong dan kembali sihat serta  normal seperti sedia kala. Bagaimana pula jika satu sebab bencana tertentu wajah Anda yang kacak/cantik tiba-tiba harus menerima kenyataan rosak teruk tak berbentuk akibat terbakar hebat atau terkena asid? Pasti, Anda pun dengan ikhlas dan rela akan melepaskan harta apa saja yang Anda miliki asal wajah Anda boleh kembali kacak/cantik seperti sedia kala.

Sudah banyak bukti, orang-orang yang berpunya sanggup mengorbankan hartanya sebanyak apapun demi mengembalikan kesihatannya; demi sembuh dari penyakit jantung, kanser, kelumpuhan, kecacatan dll. Bahkan demi mengembalikan agar kulitnya menjadi tegang, atau agar kedut-kedut di wajahnya bisa hilang, banyak orang rela merogoh sakunya dalam-dalam.

Jika sudah demikian, semestinya kita sedar, betapa kayanya setiap diri kita; hatta jika secara materi kita bukan orang berpunya. Bukankah kita akan tetap mempertahankan mata atau hidung kita meski ada orang mahu menawar dan membelinya seharga ratusan juta ringgit? Bukankah kita tak akan rela melepas jantung atau paru-paru kita walau ada orang berani menawarnya seharga berbilion ringgit? Bukankah kita tak akan sudi kehilangan tangan atau kaki kita meski untuk itu kita mendapatkan kompensasi harta yang melimpah-ruah? Bukankah kita pun tak akan pernah rela menyewakan nafas kita barang lima atau 10 minit meski harga sewanya jutaan ringgit? Sebab, kita amat faham, tidak bernafas lima atau 10 minit berisiko menjadikan kita mati lemas.

Belum lagi jika kita berusaha meneliti udara yang kita hirup ketika bernafas. Fikirkan pula air yang kita minum; yang digunakan untuk mandi, mencuci, memasak; dll. Renungkan pula bumi yang kita pijak, sinar matahari yang menyinari setiap hari, air hujan yang turun ke bumi, sinar bulan yang menghiasai malam, jalanan yang kita lalui, pemandangan alam yang kita nikmati, dll. Bagaimana jika semua itu harus kita beli? Berapa ratus ribu bahkan berapa puluh juta wang yang harus kita keluarkan?

Namun, alhamdulillah, semua kekayaan dan kemewahan itu Allah berikan kepada kita secara percuma! Tak sesen pun kita dipungut oleh Allah SWT untuk membayar nikmat yang luar biasa itu. Amat pantaslah jika Allah SWT dalam Alquran surat ar-Rahman berkali-kali mengajukan pertanyaan retoris kepada manusia: Fa bi ayyi âlâ’i Rabbikumâ tukadzibân (Nikmat Tuhan manakah yang kalian dustakan)? Lebih dari itu, Dialah Tuhan Yang mengurus kita siang-malam tanpa pernah meminta upah secuil pun. Maha Benar Allah Yang berfirman (yang ertinya): Katakanlah, “Siapakah yang dapat memelihara kalian pada waktu malam dan siang hari selain Zat Yang Maha Pemurah?”(TQS al-Anbiya’ [21]: 42).

Pertanyaannya: Sudahkah atas semua itu kita bersyukur? Ataukah kita malah sering berlaku sombong dan takabur?  Sudah berapa juta kali hamdalah kita ucapkan untukNya? Ataukah kita malah gemar berkhianat kepadaNya? Na’udzu billah.

Semoga kita semua menjadi hamba Allah SWT yang selalu bersyukur setiap waktu atas segala kurniaNya yang luar biasa itu, bukan hamba yang takabur apalagi kufur kepadaNya. Paling tidak, hal itu dibuktikan dengan keseriusan dan ketekunan kita dalam beribadah dan bertaqarrub kepadaNya; dalam menaati segala perintahNya; dalam mengorbankan apa saja untuk agamaNya; serta dalam berjuang menegakkan akidah dan syariahNya demi kemuliaan Islam dan umatnya. Amin.

Sumber : HTIndonesia. (Diedit mengikut bahasa Malaysia.)

No comments:

Post a Comment

Syukran for your nice comment. Please leave your comment again!!! (^_^)

 

Copyright © 2013 | Wanita Mustanir | by Cik Bulat