Buah Hati Pengarang Jantung Mama

Tenang rasanya dapat melihat wajah si kecil itu semalam. Entah mengapa, senyuman dan suara si kecil menggamit mamanya untuk pulang. Ditambah dengan pujukan si atok, maka kepulangan saya adalah tanpa diduga. Kerinduan terhadap si kecil tak dapat dibendung lagi. Iyahlah, di masa minggu exam, saya balik rumah. Tak pernah dibuat orang agaknya.


Si comel mama.

Renungan mata si kecil ketika menatap wajah mamanya yang seorang nih, benar-benar menyejukkan hati. Dialah anak saya yang pertama. Dialah yang memberikan kegembiraan dan senyuman buat atok dan neneknya. Dia jugalah yang membuatkan mama-mamanya angau tak tentu ke pasal. Hahaha. Just kidding. Sekarang dah boleh study dengan tenang untuk paper Toxicology. Hee.

Okey, bercakap soal si kecil, setiap manusia memang sukakannya dan inginkannya. Ia lumrah. Tapi kepada mereka yang tegar membuang bayinya sendiri, itu bukan lumrah. Itu bersifat bukan manusia. Jika bersifat bukan manusia, apalagi kalau bukan binatang? Binatang juga tak seperti itu kan. Jadi, mereka yang membuang bayi-bayi mereka tanpa rasa kasihan adalah bersifat lebih daripada binatang. Itu adalah statement yang tidak dapat disangkal lagi.

Di sini bukan soal membuang anak yang akan saya khabarkan tapi tentang si kecil buah hati saya atau mamanya. Ececece, saya dah ada anak yang bakal menginjak ke usia 8 bulan pada 6hb Mei nanti. Anak saudara tercomel. Mengapa si comel ini? Sebab mama-mamanya hidup atau melihat si comelnya membesar di depan mata. Apabila sudah dikatakan membesar di depan mata, maka itulah pendidikan awal si comel ini. Pendidikan awal kanak-kanak amatlah penting.

Benarlah apa yang dikata di dalam syair :

Ibu adalah sekolah (bagi anak-anaknya)
Jika Anda menyiapkannya,
Anda tekah menyiapkan bangsa yang baik urat-uratnya.

Anak yang tumbuh di taman
tak sama dengan anak yang tumbuh di lapangan
Bisakah diharap kesempurnaan pada anak-anak
Jika mereka menyusu dari ibu yang tak berakhlak

Jika anda hayati bait-bait syair di atas (saya rasa syair Arab), memang benar bukan. Ibu bapalah yang mencorak kehidupan anak-anak kelak. Saya bukanlah sesiapa yang layak untuk memperkatakan ini kerana saya belum melaluinya atau merasainya, tetapi saya bakal melaluinya. Setiap insan melaluinya. Apa yang saya kongsikan di sini adalah persediaan saya untuk menghadapinya. Mungkin saya telah menghadapinya sekarang kerana anak saudara juga tiada bezanya dengan anak sendiri. Betul kan?

Melalui pembacaan saya melalui beberapa majalah Al-Wa'ie keluaran HTI, maka inilah apa yang diperkatakan untuk mengasahkan potensi yang ada pada seorang anak. Kepada bakal-bakal ibu muda, mungkin ini sedikit sebanyak akan memberi anda cara-cara mendidik anak agar anak-anak yang bakal anda lahirkan bisa menjadi pemimpin agung suatu hari nanti. Agar anak-anak yang bakal anda lahirkan bisa menjadi seorang pendakwah yang hebat suatu hari nanti. Agar anak-anak yang bakal anda lahirkan bisa menjadi seorang khalifah yang sentiasa menjaga rakyatnya suatu hari nanti. Agar anak-anak yang bakal anda lahirkan bisa menjadi anak yang soleh dan solehah suatu hari nanti. InsyaAllah.

Pernahkah kita membayangkan anak-anak kita kelak di akhirat akan menyelamatkan kita dari siksa api neraka, bahkan memasukkan kita (orang tua) ke dalam syurga Allah SWT? Semua sepakat bahawa orang tua akan sangat senang dan bahkan itulah yang diharapkan: putera-puetrinya menjadi ‘penolong’ kelak di akhirat.

Rasulullah saw. pernah bersabda, sebagaimana penuturan Anas bin Malik ra., “Pada Hari Kiamat kelak diserulah anak-anak kaum Muslim, ‘Keluarlah kalian dari kubur kalian.’ Merekapun keluar dari kuburnya. Lalu, mereka diseru, ‘Masuklah ke dalam syurga bersama-sama.’ Mereka berkata, ‘Duhai, Tuhan kami, apakah orang tua kami turut bersama kami?’ Hingga pertanyaan keempat kalinya menjawablah Dia, ‘Kedua orang tua kalian bersama kalian.’ Berloncatanlah setiap anak menuju ayah-ibunya, memeluk dan menggandeng mereka; mereka memasukkan orang tuanya ke dalam syurga. Mereka lebih mengenal ayah dan ibu mereka pada hari itu melebihi pengenalan kalian terhadap anak-anak kalian di rumah kalian.” (Kitab Nuzhah al-Majalis wa Muntakhib an-Nafais, ash-Shufuri, dikeluarkan oleh Abu Nu’aim dari jalan ath-Thabrani).

Tidaklah mungkin anak-anak kita akan menjadi penolong kita di akhirat kelak jika anak-anak kita tidak menjadi anak-anak yang soleh-solehah. Oleh kerana itu, tidak ada jalan lain agar anak-anak kita bisa menjadi penolong kita nanti kecuali kita, sebagai orang tua mencetak dan mendidik anak-anak kita mengerti agama, mengamalkan syariahNya dan yang lebih penting lagi adalah menjadi penjaga terpercaya atas syiar dan tersebarnya syariahNya di muka bumi ini.

Mengembangkan Potensi Anak Usia Dini

Sila ubah anak usia dini = anak kecil. Semoga pembacaan anda menjadi mudah, ameen.

Anak usia dini memiliki potensi yang luar biasa. Saat itu otak tumbuh pesat dan siap diisi dengan berbagai informasi dan pengalaman. Penelitian menunjukkan anak usia dini adalah masa windows of opportunity. Pada masa ini, otak anak bagaikan span yang dapat menyerap cairan. Agar dapat menyerap, span tersebut tentunya harus ditempatkan dalam air. Air inilah yang diumpamakan sebagai pengalaman. Di sinilah letak peranan orang tua yang bertugas memberikan pengalaman kepada anak-anak dan mengenalkan mereka pada aktiviti yang diminatinya.

Jika sejak bayi anak sudah dirangsang dengan berbagai rangsangan, otak kecilnya pun akan menyerap. Sebagai contoh, kemampuan bicara anak, jika tidak sering dirangsang, maka anak akan mengalami keterlambatan berbicara. Namun, jika anak sentiasa diajak berbicara, kemampuan bercakapnya pun akan terangsang dengan baik.

Begitu juga dengan si comel saya. Nenek dan atoknya sentiasa bercakap dengannya sejak usianya 2 bulan. Memang si comel belum merespons apa-apa ketika usia itu, tapi si kecil faham. Dan si kecil saya memberikan respons ketika usia 3 bulan dengan aaakk.. Itu adalah pemula bicara comel dari bibir kecilnya. Comelkan? Dan sekarang, si kecil ini asyik nak menjerit je. Itu adalah perkembangan yang sihat buat si kecil mamanya. Iya, senyuman yang diberikan oleh si kecil kepada mamanya juga adalah respons yang baik apabila mama bercakap dengannya.

Munculnya potensi (kemampuan) anak memang bergantung pada rangsangan yang diberikan orang tua. Kerana itu, wajib bagi orang tua untuk menggali sekaligus mengembangkan potensi anak sejak dini. Makin dini anak menerima rangsangan akan makin baik. Lalu apa yang semestinya dilakukan orang tua untuk menggali dan mengembangkan potensi anak usia dini?

1. Kenali potensi anak.

Orang tua harus belajar tentang semua hal yang berhubungan dengan cara mengenali potensi anak. Lakukan pengamatan dan identifikasi terhadap perilaku anak. Apakah anak mempunyai kelebihan-kelebihan tertentu, seperti: dapat berjalan dan berbicara pada usia yang sangat dini, lebih cepat dari anak seusianya; mempunyai kecepatan dalam penguasaan berbagai informasi; mempunyai kemahuan memperhatikan suatu persoalan dalam waktu yang lama, mempunyai perbendaharaan kata yang banyak sehingga mampu berkomunikasi dengan bahasa yang komunikatif pada usia dini dan mempunyai kemampuan mengekspresikan gagasannya dengan bahasa yang kompleks; mempunyai kemampuan menceritakan suatu kejadian (cerita) dengan cukup jelas; mempunyai kemampuan mengingat yang cukup tinggi; memiliki daya kreasi dan imajinasi yang tinggi dan sebagainya. Setiap anak memiliki karakteristik yang berbeza sehingga perlakuan atau metode pendekatan yang dipakai untuk masing-masing anak dalam proses pembelajarannya juga berbeza.

2.Berikan stimulasi yang tepat.

Stimulasi adalah berbagai rangsangan, entah itu kesempatan bermain, fasiliti belajar, atau benda (misalnya cerita atau bacaan), yang dapat memicu anak untuk belajar atau mengolah pengajaran. Rangsangan juga bisa berbentuk sentuhan yang abstrak, misalnya dukungan dan keterlibatan orang tua dalam proses belajar anak. Rangsangan akan membentuk cabang-cabang otak sebanding dengan yang kita berikan. Selain itu, pengetahuan dan pengalaman si anak juga semakin kaya. Perlu pula dibentuk kebiasaan belajar atau tradisi berprestasi dalam keluarga. Tradisi di sini adalah berbagai bentuk pembiasaan positif, misalnya membaca, perhatian dan tanggung jawab terhadap tugas, mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, dan berbagai sifat-sifat positif lain.

Pada usia 0-3 bulan, misalnya, stimulasi dilakukan dengan memberikan senyuman, berbicara, menirukan ocehan anak, membunyikan berbagai suara sampai menggerakkan benda-benda berwarna terang. Kemudian pada usia hingga 6 bulan stimulasi dapat ditambah dengan bermain mencari sumber suara, mengulang beberapa kata, meraih dan memegang mainan, dirangsang tengkurap, dan lain sebagainya. Hal yang mesti diingat oleh orang tua, stimulasi sebaiknya dilakukan secara terus-menerus setiap ada kesempatan, misalnya sambil mengganti lampin ataupun sambil memberi makan. Semua itu dilakukan dalam suasana bermain, penuh kegembiraan dan bervariasi. Pada fasa berikutnya, rangsanglah anak agar tertarik untuk mengamati dan mempertanyakan tentang berbagai hal di lingkunganya.

3. Berikan dukungan.

Berikan dukungan kepada anak tentang banyak hal, baik bersifat material, seperti permainan, atau hadapkan anak dengan berbagai persoalan dan dampingi mereka untuk belajar bagaimana menyikapi persoalan tersebut. Berikan perhatian penuh pada anak dan kondisikan untuk selalu merasakan kenyamanan. Perhatian dan apresiasi yang diberikan kepada anak akan membuat kemampuan dan kecerdasannya terus tumbuh dan berkembang.

4. Berikan pujian.

Lemparkan pujian kepada anak ketika ia telah menguasai sebuah kebiasaan sekecil apa pun. Berikan pula pujian ketika ia menunjukkan hasil karyanya. Ketika kemampuan anak telah mulai terlihat, giliran menyalurkannya dengan baik. Penghargaan yang kita berikan akan memacu motivasinya untuk terus mencoba. Meskipun masih kita rasa kurang, jangan sampai kita mencemuh hasil yang telah anak-anak lakukan kerana ini akan berbahaya bagi kelangsungan rasa percaya dirinya. Anak yang memiliki rasa percaya diri yang tinggi akan lebih kuat menghadapi tekanan dari lingkungannya daripada anak yang rendah diri.

5. Ajak anak untuk berkreasi sesuai imaginasinya.

Berikan kertas berwarna dan mintalah kepada anak untuk mengguntingnya sesuai keinginan, lalu menempelkannya di buku gambar. Bisa pula dengan mengajak anak bermain pasir dengan menggunakan mainan yang dimiliki. Selama orangtua kreatif, ada banyak bahan yang dapat digunakan dan tidak mahal yang terdapat di sekitarnya. Jika imajinasi anak terlatih, kemampuan yang lain juga dapat mudah dikembangkan.

6. Arahkan anak.

Orang tua dapat mengarahkan kemampuan anak, misalnya jika anak suka membaca, beri ia buku cerita berwarna dan ajak bercerita bersama. Jadikan ini aktiviti yang rutin dengan membacakan cerita sebelum tidur, misalnya. Namun, tugas orang tua tidak berhenti sampai di situ. Setelah mengarahkan, orang tua pun berkewajiban untuk mendampingi sang anak dalam setiap aktivitinya. Selain memberikan rasa nyaman dan aman bagi anak, orangtua juga dapat mengetahui kemampuan mana yang lebih menonjol. Jika anak bertanya sesuatu, puaskan rasa ingin tahu anak dengan menjawab setiap pertanyaan. Jangan berikan jawaban final, tetapi jawaban yang mendorongnya untuk semakin terus bertanya. Biasakan anak berfikir baik dalam persoalan kecil atau besar.

7. Doronglah anak untuk belajar.

Orangtua harus memberi contoh yang baik bahawa bukan hanya anak saja yang harus belajar, kita pun sebagai orang tua juga harus mahu belajar, termasuk berbagai metode pendidikan anak sehingga kita tanamkan pemikiran bahawa belajar itu tidak mengenal waktu dan usia.

Sudah saatnya kita merancang pendidikan di rumah (pasca pendidikan sekolah) dengan pendidikan yang mengacu pada pembentukan syakhsiyah islamiyah. Sudah saatnya setiap kita mendidik anak kita dengan hafalan al-Quran dan al-Hadis. Setelah subuh kita ajari mereka tentang akhlak-akhlak yang mulia dan masih banyak program-program yang lain. Sudah selayaknya kita mengajari mereka dengan mulut kita sendiri (sebagai orang tua). Yakinlah, bahwa apa yang kita sampaikan dari mulut kita sendiri akan sangat membekas di hati dan pikiran anak-anak kita. Kita akan diposisikan sebagai orang tua sekaligus sebagai ‘guru’ yang senantiasa menginspirasi bagi anak-anaknya.


nota: Untuk rujukan penuh, sila layari ini dan ini. InsyaAllah, membantu.

Wallahualam..

3 comments:

  1. wah! I menyinggah ke blog u....eheheh

    ReplyDelete
  2. waa.. comelnya anak sedara you nih.. ;)

    ReplyDelete
  3. kak notti netti,

    sila2.. jemput singgah lagi ye.. hehehe

    a7u2,

    memang comel anak sedara i nih.. =D

    ReplyDelete

Syukran for your nice comment. Please leave your comment again!!! (^_^)

 

Copyright © 2013 | Wanita Mustanir | by Cik Bulat