Warkah Chenta 2

Jam di laptop menunjukkan angka 2:49 am. Mata dah hampir nak terkatup, namun saya gagahi juga agar menulis sedikit sebagai permulaan. Iya, esok pagi saya akan ke kampung bersama dua orang adik saya (sebagai peneman) memandangkan cuti sekolah menghampiri 2 hari sahaja lagi.

Untuk pengetahuan para pembaca yang budiman, sebelum entri ini di'post', saya telah meng'post' entri dengan tajuk yang sama tetapi tanpa nombor. Entri ini saya post lagi sekali dengan isi yang berbeza agar 'orang' yang merasakan dirinya asing mampu bersemangat kembali dengan lontaran ayat-ayat Allah SWT dan hadis-hadis Nabi SAW berkenaan keterasingan Islam di akhir zaman.

Entri ini juga adalah buat kalian atau sesiapa sahaja yang menganut agama Islam sama seperti menggenggam bara api. Maka beruntunglah dan berbahagialah jika anda merasakan anda terasing daripada mereka yang tidak merasa terasing langsung..

Rasulullah saw besabda:

"Islam dimulai sebagai sesuatu yang asing; dan akan kembali sebagai sesuatu yang asing. Beruntunglah bagi orang-orang yang terasing." Para sahabat kemudian bertanya: ‘Siapa orang-orang asing Yaa Raslulullah?’ ‘Mereka adalah orang-orang yang mencegah yang munkar ketika orang-orang mulai melakukan kerosakan.’”

Tujuan kita yang paling akhir adalah meraih redha Allah swt dan memasuki Jannah (seperi burung-burung hijau – sebagaimana telah dijanjikan untuk para syuhada) hanya bisa terpenuhi
ketika kita mencegah yang munkar dan tetap berdiri teguh pada jalan yang benar pada saat orang-orang benar-benar telah berbuat kerosakan. Dalam kehormatan dengan kisah yang sama, Imam Ahmad berkata: “Mereka (orang-orang yang terasing) adalah seseorang yang tinggi (imannya) ketika orang-orang menjadi kurang (imannya).

Dalam hadits yang sama yang di sampaikan oleh Abdullah bin Mas’ud ra Rasulullah saw ditanya:
“Ya Rasulullah siapa mereka (Al-ghurabaa)?’ beliau (saw) menjawab: ‘an-Nuzzaa’ min al Qabaa-il (orang-orang yang menarik dirinya dari kaumnya).’” An Nuzzaa’ (orang-orang yang menarik dirinya) mempunyai dua erti:

1. Orang-orang yang benar-benar menarik dirinya dari bangsa mereka, kebiasaan keluarga dan tradisinya yang rosak.

2. Orang-orang yang meninggalkan negeri mereka atau tempat tinggal mereka dengan tujuan melaksanakan jihad (berperang memerangi musuh Allah). Rasulullah saw telah memuji An-Nuzzaa’ sebagaimana mereka adalah orang-orang yang meninggalkan semua bentuk kerosakan, nasionalisme, kebangsaan, perkauman, pergaulan bebas, kebiasaan, tradisi dan sebagainya murni hanya untuk Allah semata, tidak pernah merasa takut dari kesalahan orang-orang yang salah. Mereka adalah orang-orang yang akan menjadi minoriti dan terasa sebagai orang-orang yang asing mereka tidak pernah kompromi mencintai Allah dan RasulNya saw. An-Nuzzaa’ adalah berasal dari kata an-naza’ (menarik) dan digunakan untuk permasalahan pada saat roh dicabut dari tubuh oleh malaikat kematian. An-Nuzza’ adalah orang-orang yang berada dalam syurga, yang telah mengorbankan bangsa mereka, kerjaya, kebiasaan, dan budaya mereka. Kita melihat mereka secara teratur berangkat ke seberang kerajaan Allah (berhijrah), mencegah kemungkaran dan memerangi mereka orang-orang yang tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.
Dalam riwayat Abdullah bin Amr bin Al-Ash ra, Beliau saw berkata:

“Ketika kami bersama mereka kemudian beliau berkta ‘Toobaa lil Ghurabaa (syurga bagi Al Ghurabaa), kami bertanya: ‘siapa mereka?’ Beliau saw menjawab: ‘mereka adalah orang-orang yang terbaik dan jumlahnya sangat sedikit di bandingkan dengan kebanyakan.” (Shahih Muslim, Ibn Maajah, Musnad Imaam Ahmad, al-Bukhaari dan-Tirmidhi) Nabi Muhammad saw juga berkata: “di dunia seperti orang asing atau orang-orang yang dilewati.” Siapa saja yang hidup dalam dunia ini sebagai seseorang yang di lewati akan menjadi ghariib (tunggal dari ghurabaa’).

Ghurabaa’ mempunyai keimanan dan karekteristik yang khas; selalu melaksanakan apa yang Allah swt dan RasulNya perintahkan kepada mereka untuk dilaksanakan, juga menjauhi dari
sesuatu yang terlarang.

Juga diriwayatkan dalam Tirmidzi dan Abu Daud bahawa Rasulullah saw bersabda:

“Akan datang di suatu masa ketika orang-orang memegang teguh Dien akan menjadi seperti memegang bara api di tangannya. Seseorang yang teguh berdiri akan mendapatkan pahala dari lima puluh orang.” Sahabat kemudian bertanya: ‘akankah mereka mendapatkan pahala lima
puluh orang diantara kita atau diantara mereka?’ Beliau saw menjawab: ‘mereka mendapatkan pahala lima puluh orang dari kalian."

Para Sahabat Rasulullah saw tidak berhadapan dengan permasalahan yang kita hadapi pada saat ini, seperti membuktikan sebuah hadits itu shahih, sebagaimana mereka bisa bertanya langsung kepada Beliau saw. Tidak juga mereka mempunyai masalah dari beberapa ulama’ sebagaimana mereka mempunyai Nabi saw untuk mengajari mereka Dien. Dengan pasti untuk mengikuti Nabi Muhammad saw tanpa melihatnya, jarak (waktu) yang begitu jauh, lebih sulit daripada mereka para sahabat yang telah bersama Rasulullah, dimana para Sahabat mempunyai kesempatan untuk belajar dari beliau secara langsung. Selanjutnya kita boleh mendapatkan lebih banyak pahala dari yang seharusnya kerana kita berhadapan dengan kesulitan iaitu kita tidak bersama Rasulullah saw.

Jadi Siapa Al-Ghurabaa?

Al-Ghurabaa adalah orang-orang yang taat pada Allah swt semata, mengikuti Syari’ah dalam setiap aspek kehidupan. Mereka menyembah, mentaati dan mengikuti tidak lain kerana Allah, juga tidak berkaitan apakah dia lelaki atau wanita atu benda padaNya. Mereka adalah contoh untuk mengikuti Rasulullah saw dan para Sahabatnya ra. Tauhid adalah karakteristik mereka sebagaimana mereka memberikan ibdah mereka tiada lain hanyalah Allah semata:

Katakanlah: sesungguhnya solatku, ibadatku, hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (QS Al-An’am 6 : 162)

Mereka jauh dari majoriti, bertindak sesuai dengan apa yang telah Allah informasikan kepada manusia:

“Dan jika kamu menuruti kebanyakan orang-orang yang di muka bumi ini, nescaya mereka akan menyesatkanmu dari jalan Allah. Mereka tidak lain hanyalah mengikuti persangkaan belaka, dan mereka tidak lain hanyalah berdusta (terhadap Allah).” (QS Al An’am 6 : 116)

Ghurabaa yang benar tidak pernah melakukan kerosakan, budaya atau tradisi yang bathil (cara kebanyakan orang yang salah sebelumnya kehidupan yang rosak). Ghurabaa membenci semua apa yang mereka lakukan sebelumnya dan segala bentuk kejahilan mereka berada di seberangnya, lebih lanjut, kita tidak akan melihat mereka melaksakan pemungutan suara untuk hukum buatan manusia, menyeru kepada kebebasan, sekularisme, demokrasi, bersumpah setia pada perdana menteri yang tidak menerapkan Hukum Allah ataumelakukan bentuk kekufuran atau kesyirikan.

No comments:

Post a Comment

Syukran for your nice comment. Please leave your comment again!!! (^_^)

 

Copyright © 2013 | Wanita Mustanir | by Cik Bulat