Bersatu dalam Ikatan Islam

 Sejak kita mengucapkan kalimah syahadat, jelas kita telah mengambil keputusan untuk mengambil kecenderungan kesamaan pemikiran dan perasaan Islam.  Hanya dalam situasi dan keadaan umat Islam yang kurang kuat pada hari ini lantaran tidak diterapkannya Islam dalam seluruh aspek kehidupan tidak jarang terjadi kecacatan-kecacatan dalam diri sebahagian kita sehingga dalam sebahagian fikiran dan perasaan orang-orang tersebut (sedikit atau banyak) ada kecenderungan ke arah pemikiran yang tidak standard pemikiran Islam dan ada kecenderungn ke arah perasaan yang bukan merupakan perasaan Islami. Hal demikian wajar terjadi kerana penerapan sistem kehidupan sekuler di negeri-negeri umat Islam sehingga propaganda fikiran dan perasaan selain Islam sedemikian luas bahkan sampai melewati batas kewajaran. Warna uamat Islam pun menjadi tidak jelas lantaran tercelup celupan selain Islam.

Umat Islam pun semakin terkotak-kotik dan beraneka ragam dalam mosaik sebahagian warnanya keluar dari batas-batas warna Islam.  Kecenderungan yang keluar batas Islam inilah yang sebenarnya diharampakan oleh Allah  SWT dalam firman-Nya: 

"Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu kerana nikmat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk."
(QS. Ali Imran 103).

Al-Ustadz Muhammad Ali As-Shabuni dalam tafsir Shafwatut Tafaasiir Juz I/198 mengemukakan sebab turunnya ayat ini adalah adanya kedengkian seorang Yahudi di Madinah yang melihat bersatunya orang-orang suku Aus dan Khazraj yang selama ratusan tahun bermusuhan dan berperang.  Nampaknya bangsa Yahudi itu mengambil keuntungan dalam perselisihan kedua suku Arab dan kini mereka tidak boleh lagi  mengambil keuntungan.  Bahkan persatuan 2 suku di Madinah dengan ikatan Islam (sehingga mereka kemudian dikenal sebagai kaum Anshar, kaum yang menolong dan melindungan dakwah dan risalah Nabi Muhammad SAW.) ditambah dengan bersatunya mereka dengan saudara seiman mereka yang baru datang dari kota Makkah (kaum Muhajirin) nampaknya menjadikan posisi orang Yahudi di Madinah semakin terdesak.  Lebih-lebih orang-orang Yahudi yang seharusnya beriman lebih dulu kepada risalah Nabi Muhammad SAW malah bersikap kafir terhadap Al-Quran yang beliau SAW bawa, menolak risalah itu, padahal Allah melarang sikap mereka itu (lihat QS. Al Baqarah 41).  Syas bin Qais, nama Yahudi itu, menyuruh seorang pemuda untuk menyusup di antara kumpulan kaum muslimin dan menyebut-nyebut kepada mereka kisah perang Bu’ats dan melantunkan syair-syair yang biasa dikumandangkan pada suasana perang di zaman jahiliyah itu.  Tanpa terasa makar Yahudi itu telah membangkitkan  perasaan dan semangat jahiliyah kaum muslimin yang terdiri dari Aus dan Khazraj yang dulunya perang satu sama lain.  Perasaan saling bangga dan saling marah di antara mereka pun terjadi sampai mereka berteriak-teriak meminta senjata. Peristiwa yang gawat itu sampai kepada Rasulullah SAW.  Beliau segera datang ke lokasi diringi kaum Muhajirin dan Anshar.  Beliau mengatakan kepada kaum muslimin yang terprovokasi oleh Yahudi itu:

“Apakah kalian hendak mengikuti seruan (propaganda) jahiliyah ini, padahal saya masih ada di tengah-tengah kalian, padahal Allah telah memuliakan kalian dengan Islam yang dengannya Allah memutus urusan jahiliyah kalian, dan Allah menyatukan hati kalian?” 


Maka sadarlah orang-orang itu bahwa mereka telah terkena godaan syaitan dan tipudaya musuh mereka.  Mereka segera meletakkan senjata, menangis, dan berangkulan satu sama lain.  Lalu mereka pergi bersama Rasulullah SAW dengan sikap mendengar dan mentaati Baginda SAW.

Dengan demikian nyatalah bahawa syaitan dan orang-orang kafir akan sentiasa menjerat kaum muslimin dalam perangkap dalam tipu daya mereka yang membuat  kaum muslimin bercerai-berai, tidak bersatu.  Kaum muslimin hanya boleh bersatu manakala mereka bersama-sama  memegang tali Allah (hablullah) dan pasti mereka akan bercerai-berai manakala mereka mencuba berikatan dengan tali-tali yang lain.  Sebab, pada hakikatnya tali-tali yang lain itu adalah tali-tali yang dilemparkan oleh syaitan dan orang-orang kafir sebagai tipu daya agar kaum muslimin melepaskan tali Allah dan asyik bermain-main dengan tali-tali itu.Wallahualam.

No comments:

Post a Comment

Syukran for your nice comment. Please leave your comment again!!! (^_^)

 

Copyright © 2013 | Wanita Mustanir | by Cik Bulat