Mengikat Hati dengan Al-Quran

Bagaimana agar kita benar-benar memegang tali Allah agar tidak tertipu dengan tali-tali yang lain?

Pertama, harus kita fahami apa tali Allah yang dimaksud dalam ayat di atas.  As-Shabuni menyatakan makna perintah Allah dalam ayat tersebut : berpegang teguhlah kalian semua dengan agama Allah dan kitab-Nya.  Janganlah kalian bercerai berai darinya dan janganlah kalian berikhtilaf dalam agama ini seperti orang-orang Yahudi dan Nasrani sebelum kalian. 

Imam Ibnu Katsir tatkala menguraikan tafsir ayat tersebut mengutip pendapat bahawa tali Allah itu adalah Al-Quran berdasarkan hadits marfu’ yang diriwayatkan Al Harits Al A’war dai Ali r.a. dalam menggambarkan Al Quran:

Dia (Al Quran) itu adalah tali Allah yang teguh dan jalan-Nya yang lurus.

Imam At Thabari yang dikutip Ibnu Katsir meriwayatkan hadits dari Abi Said yang mengatakan:

Al Quran itu adalah tali Allah yang diulurkan dari langit ke bumi.

Ibnu Mardawaih meriwayatkan hadits Abdullah RA.

“Sesungguhnya Al Quran inilah tali Allah yang teguh, dan dialah cahaya yang nyata dan penyembuh yang bermanfaat, pelindung bagi orang yang berpegang teguh padanya dan penyelamat bagi orang yang mengikutinya”. 
   
Dengan demikian jelaslah bahawa tali Allah itu maksudnya adalah ajaran agama Allah (yakni Islam) dengan simpulnya Al-Quran, yang merupakan wahyunya, yang mampu mengikat siapapun di antara umat manusia yang mengimaninya dalam suatu kumpulan umat Islam.

Kedua,  agar semakin nyata ikatan dinul Islam yang bersimpulkan Al-Quran itu, maka menjadi suatu keharusan bagi kita untuk sentiasa meletakkan ayat-ayat Al-Quran itu dalam hati dan fikiran kita, agar benar-benar wahyu-wahyu Allah itu mengikat hati dan fikiran kita secara nyata.  Caranya adalah dengan sentiasa membiasakan membaca Al-Quran setiap hari. Adalah suatu kemustahilan bila kita ingin terikat dengan tali Allah tapi tidak pernah membaca Al-Quran.  Dan kenapa para sahabat Rasulullah SAW boleh kuat dalam kehidupan Islam mereka, jawabannya adalah tradisi membaca Al-Quran.  Mereka begitu cinta kepada Al-Quran dan menjadikan bacaan ibadah mereka setiap malam.  Ada di antara mereka yang mengkhatamkan Al-Quran setiap bulan, ada pula yang mengkhatamkan Al-Quran setiap minggu.  Ada sebuah riwayat yang menyatakan bahawasannya Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Abdullah bin ‘Amr hendaknya ia mengkhatamkan Al-Qur’an seminggu sekali. Demikian waktu yang digunakan oleh sejumlah sahabat Rasulullah SAW, seperti Utsman, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, atau Ubay bin Ka’ab dalam mengkhatamkan Al-Qur’an. Shahabat Utsman RA biasanya memulai bacaannya pada malam Jumaat dari Al-Baqarah hingga Al-Maidah, malam Sabtu dari Al-An’Am hingga Hud, malam Ahad dari Yusuf  hingga Maryam, malam Isnin dari Thaa Haa sampai Al-Qashash, malam Selasa dari Al-‘Ankabut sampai Shaad, malam Rabu dari Az-Zumar sampai Ar-Rahman dan malam Khamis ia sempurnakan hingga khatam.

Ketiga, selain mentradisikan membaca Al-Quran, agar semakin kuat ikatan Islam dalam hati dan fikiran kita, kita perlu mentradisikan membaca hadits Rasulullah SAW. , terlebih yang berkaitan dengan Al-Quran yang sedang kita baca.  Sehingga kita lebih jelas lagi makna dan aplikasi dari sebuah ayat sebagaimana yang pernah difahami dan diamalkan oleh Rasulullah saw., satu-satunya makhluk yang menerima dan menyampaikan Al-Quran sebagai wahyu Allah SWT. 

Selain itu, perlu kita fahami bahwa Al-Quran tidak boleh dilepaskan kaitannya dengan wahyu Allah SWT yang diungkap dalam sunnah Rasulullah SAW., baik itu ucapan beliau SAW., perbuatan beliau SAW., mahupun perbuatan sahabat yang beliau SAW diamkan.  Mengikatkan diri kepada sunnah Rasullah berati juga mengikatkan diri kepada Al-Quran yang telah memerintahkan hal itu.  Allah SWT berfirman:

“Dan apa saja yang dibawa oleh Rasul, ambillah !  Dan apa saja yang dicegah oleh Rasul, jauhilah !” 

Katakanlah: "Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu." Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.(QS. Ali Imran 31).

Tentunya ketika kita berusaha menyatukan fikiran dan perasaan kita kepada Al-Quran kita harus sedar bahawa Al-Quran itu adalah firman Allah yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW untuk petunjuk hidup manusia.  Ketika kita membaca Al-Quran tanamkanlah di hati kita bahawa kita sedang membaca surat-surat dari-Nya yang berisi perintah dan larangan-Nya, berisi petunjuk apa yang membuatnya redha atau pun murka.  Maka pengertian kita terhadap firman-Nya dan ketundukan hati kita kepada titah-Nya merupakan prasyarat agar hati dan fikiran kita menyatu dengan Al-Quran, tali Allah yang teguh.  Wallahua’lam!

2 comments:

  1. subhanallah. saya merasa tersindir.. mudah2an bisa terus i'tiba..

    ReplyDelete
  2. @saidiblogger,

    insyaAllah, akhi.. sama2 lah kita saling ingat mengingati sesama muslim..

    ReplyDelete

Syukran for your nice comment. Please leave your comment again!!! (^_^)

 

Copyright © 2013 | Wanita Mustanir | by Cik Bulat